LAYANAN SUPRANATURAL SONGGO BUWONO

__________________________________________________________
Bagi anda yang mempunyai permasalah pribadi /keluarga, Kami siap membantu kesulitan yang anda hadapi.
Sukses dalam Bussiness, Karier / Jabatan, Pangkat, Pengasihan Tingkat Tinggi, Enteng Jodoh, Rejeki, Ruwatan, Bedah Aura Diri/ Anak, Kewibawaan, Gangguan Ghaib. Dll.
Hot Line Service: 081227272345 - 08125999929

Email: bunda_lia_herminputri@yahoo.co.id
songgo_buwono@yahoo.co.id
__________________________________________________________

PRESS RELEASE

________________________________

25 July 2009

NASIONALISME YANG RELIGIUS

Press Release
Bunda Lia Hermin Putri
Hp.08125999929 - 081227272345

Wawancara harian Umum Sinar Pagi

Sinar Pagi :
Selamat sore Bunda, kami ingin mendengar tanggapan Bunda Lia mengenai silahturahmi Kebangsaan dengan Nasionalisme yang Religius itu menurut pandangan Bunda sebagai tokoh Budaya dan Spiritual itu bagaimana?

Jawab Bunda Lia :
Sungguh sangat menarik tema yang dipilih oleh Sinar Pagi Pos “Nasionalisme yang Religius”. Memang, di saat sekarang ini kita sudah kehilangan rasa kebangsaan kita, di mana di setiap sendi-sendi bangsa sudah terasuki ‘barang asing’ yang mengganggu jiwa dan sikap nasionalisme anak bangsa. Disinilah peran kita sebagai anak bangsa yang harus mempertahankan jati dirinya. Jati diri yang dibingkai oleh Nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Bahwa Pancasila itu sistem Filsafat, nampak dapatnya Pancasila diperas menjadi TRI-SILA ( yakni, Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, Sosio Ketuhanan YME) serta TRI-SILA itu disaripatikan menjadi Eka Sila yakni Gotong Royong.

Sinar Pagi :
Jika kita lihat dari sudut pandang supranatural, Gotong Royong yang paling tinggi itu yang bagaimana Bunda?

Jawab Bunda Lia :
Kegotong Royongan Organik yakni Manusia, maka disinilah....... kita sudah kehilangan nurani kebangsaan kita.
Sosio cultural yang kian dipengaruhi oleh paham asing semakin menjauhkan kita pada diri kita sendiri. Hal ini jelas sangat berbahaya dan dapat melemahkan bangsa ini. Karenanya, mari kita bersama-sama bangkit dan kembali kepada jati diri kita. Yakni, jati diri yang cinta Bangsa dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga kami mengingat kembali berjuta Rakyat bersama Sultan HB X di alun-alun Yogya telah menggemakan SUMPAH RAKYAT
Yang Isinya:
1. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Bertanah Air Satu, Tanah Air Tanpa Penindasan.
2. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Berbangsa Satu, Bangsa Yang Gandrung Keadilan.
3. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Berbahasa Satu, Bahasa Kebenaran.

Sinar Pagi :
Lalu terapi apa yang Bunda Lia lakukan bersama Sultan Hamengku Buwono ke X menyikapi situasi seperti ini?

Jawab Bunda Lia :
Berkaitan dengan hal itu, kami dari Sanggar Supranatural Songgo Buwono dan yang diharapkan Sultan HB X telah memulai lewat berbagai event sebagai therapi untuk mewujudkan kembalinya kejayaan Bangsa Indonesia melalui Budaya dan tradisi adiluhung.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, kami berharap dapat menjembatani “Rekonsiliasi Nasional melalui Budaya” yang tentunya dibarengi dengan menata Nurani.

Sinar Pagi :
Mengapa harus pembenahan Nurani…..?

Jawab Bunda Lia :
Hati nurani inilah yang kini telah terkikis di muka bumi ini. Menghalalkan segala cara hanya untuk kepentingan pribadi sesaat. Keseimbangan antara akal dan hati tak lagi dihiraukan. Karenanya, menjadi hal yang prinsip bagi kita semua untuk melakukan pembenahan hati nurani secara bersama. Didunia Global/Internasional misalnya malah berkembang Filsafat Organisme/Filsafat Proses yang memandang semesta ini sebagai ber- Struktur ( yakni Lahir-Batin) dan berproses Awal – Akhir. Sedang Struktur tersebut diatas Budaya Jawa mengenal sebagai ajaran Pamoring Kawulo Gusti, sementara mengenal Prosesnya dikenal sebagai Ajaran Sangkan Paraning Dumadi. Maka marilah kita menata Nurani kita mulai sekarang.
Karena pembenahan Nurani merupakan kunci dari segala penyelesaian masalah bangsa, bahkan dunia sekalipun. Banyak hal yang dapat kita lakukan, namun titik tumpu utamanya adalah “kita harus berani menata ulang nurani kita yang sudah bobrok degantikan dengan Nurani kemanusiaan yang sadar akan jati dirinya, karena manusia telah lupa akan jati dirinya. Untuk itu, perlu suatu terapi yang tepat guna. Contoh dari kami datangnya bencana bergantung pada bagaimana manusia bersikap terhadap sesamanya, manusia terhadap alam dan manusia terhadap Tuhanya. Maka manusia harus ingat akan asal kita dari mana, untuk apa dan mau kemana.
“Pramila, monggo kulo panjenengan sami, tansah eling lan waspada, sampun ngantos celak-celak mahesa mindak gupak, mindak katut kridaning Alam.
Kulo ngaturaken agunging panuwun maring sih paduka, dhumateng para sadherek, awit seserepan ingkang saget kawula tampi kanthi tarwaca, miwah saget anjabaraken pangertosan kawula, mliginipun ingkang magepokan kalawan wewarah, sarta tuntunan ingkang jumbuh kalawan SEJARAH NALURI BUDAYA, Tradisi nenek moyang.
Inggih saking punika kawulo saget mawas lekasipun poro kawulo ingkang cengkah miwah nyingkur dateng sejarah tradisi nenek moyang. Reh ning wekdal punika manungsa sampun kalajeng anggenipun kadlarung cengkah klawan bebenering Allah, cengkah klawan hukum ing alam, inggih bebenering alam, sedoyo titah jalma manungsa ingkang gesang ing madyapada wekdal punika purun mboten purun inggih kedah nampi bebenduning Allah. Mugi-mugi kemawon manungsa ingkang gesang ing tahun 2009 lan sak lajengipun, sampun ngantos tiru-tiru dateng pakarti miwah lampah jantraning manungsa ingkang cengkah lan nyingkur dateng naluri budaya tradisi nenek moyang, ingkang sayekti saget dados lestarining agesang. Kanthi makaten mugi sang alam paring kawelasan lan mugi Allah paring pangapunten dumateng kito sedoyo. Wusana kita sedoyo lestari ing gesang.
Pramila mangga kito sami-sami kekeh kukuh nggondeli wawaton, inggih menika naluri bilih kita bakal bisa nlesep sela selaning garu, mugi kita sedoyo pikantuk rahayu ingkang pinanggih”.

Artinya :
“Marilah, kita semua selalu “eling lan waspada”, janganlah kita mendekati hal yang dilarang agama, karena hal itu hanya akan mendatangkan madharat.
Saya haturkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, juga pada saudara-saudara sekalian, atas segala nasihat yang telah kami pahami dengan saksama. Sehingga mampu memperluas wawasan dan pengetahuan saya, apalagi yang berkaitan dengan “wewarah” ajaran budi pekerti luhur. Serta tuntunan yang sejalan dengan SEJARAH NALURI BUDAYA, Tradisi nenek moyang kita.
Maka dari itu, maka kita semua harus mawas diri. Jangan sampai menyimpang dari sejarah tradisi nenek moyang kita. Karena saat ini manusia sudah banyak yang menyimpang dari ajaran agama, mengingkari hukum alam, bahkan melawan hukum alam, maka mau tidak mau, semua umat manusia harus menerima cobaan dari Yang Maha Kuasa. Semoga kita semua, umat manusia yang masih dikaruniai umur hingga tahun 2009 ini dan seterusnya, jangan sampai meniru tingkah dan pokal manusia yang mengingkari hukum-hukum agama, hukum-hukum alam dan mengingkari NaluriBudaya Nenek Moyang, yang pada hakekatnya bisa menjadikan hidup kita, alam semesta beserta seisinya, menjadi seimbang, lestari sepanjang masa. Dengan demikian, semoga alam akan mengasihi kita semua umat manusia. Dan semoga Allah SWT, mengampuni segala dosa-dosa kita semua. Semoga kita semua dikaruniai kehidupan yang damai sejahtera tanpa halangan suatu apapun juga. Amin...
Marilah kita bersama-sama memanjatkan doa, semoga kita semua mampu keluar dari himpitan kesulitan yang membelenggu diri kita semua. Semoga kita mendapatkan barokah Allah SWT, dari apa yang kita idam-idamkan. Amin, Amin ya rabbal ‘alamin...!"

Maka Sanggar Supranatural Songgo Buwono mengembangkan dan melestarikan ajaran Sultan Agung yang bunyinya “ Memasuh Malaning Bumi, Mangasah Mingising Budi”
Dan kita ingat sejarah perjanjian Abiproyo antara Kanjeng Ratu Kidul dan Panembahan Senopati
Dawuh Kanjeng Ratu Kidul naliko nganakake perjanjian ABIPROYO karo Panembahan Senopati ing Parangkusumo. Wong urip iku kudu iso nglakoni Sapto Silo. 1.SABAR. 2.ELING. 3.WELAS. 4.ASIH. 5.PERCOYO. 6.IKLAS. 7.NARIMO. Yen pitung perkoro iki biso dicak ake kanti leganing manah, uripe bakal tentrem.

Sinar Pagi :
Lalu bagaimana tanggapan Bunda Lia mengenai Bantul I, siapa yang mampu menggantikan Bupati H. Idham Samawi nantinya.

Jawab Bunda Lia :
Wong wadhon sing dadi (red. orang perempuan yang jadi) dan dia sudah dikenal masyarakat peduli dengan masyarakat dan paham akan arti Tutur, Sembur, Uwur Calon Bupati tersebut seorang wanita tutur bahasanya dapat mengayomi, ngayemi masyarakat, Lalu do’anya calon Ibu Bupati tersebut terhadap masyarakatnya cukup baik karena do’a tidak perlu berteriak-teriak, mencari wah dan seperti kapanye tepatnya Calon Bupati wanita ini sering melakukan do’a malam dan banyak melakukan tirakatt demi rakyat Bantul khususnya dan kepedulian bantuannya terhadap masyarakat sudah sangat bagus dan termasuk mendapat nilai lebih. Tetapi kalau sampai salah langkah yang tertuju seorang wanita itu akan tergeser, ingat ini masih wilayah Mataram dan harus ingat akan tradisi yang ada sejak nenek moyang kita. Yang namanya Wahyu, Pulung itu tidak mudah jadi kita harus paham benar kemana langkah ini tertuju.

Demikian dari kami, sekiranya ada kesalahan ucapan atau kekurangan dalam hasil wawancara ini Silaturahmi Kebangsaan dengan thema Nasionalisme yang Religius. Saya pribadi mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Sinar Pagi Pos yang ber-sinergi, yang telah memberi waktu untuk menyampaikan pandangan sebagai supranatural. Semoga wawancara ini ini dapat membangkitkan nurani kita yang telah terpuruk.

No comments: