LAYANAN SUPRANATURAL SONGGO BUWONO

__________________________________________________________
Bagi anda yang mempunyai permasalah pribadi /keluarga, Kami siap membantu kesulitan yang anda hadapi.
Sukses dalam Bussiness, Karier / Jabatan, Pangkat, Pengasihan Tingkat Tinggi, Enteng Jodoh, Rejeki, Ruwatan, Bedah Aura Diri/ Anak, Kewibawaan, Gangguan Ghaib. Dll.
Hot Line Service: 081227272345 - 08125999929

Email: bunda_lia_herminputri@yahoo.co.id
songgo_buwono@yahoo.co.id
__________________________________________________________

PRESS RELEASE

________________________________

27 March 2006

Seminar sehari 27 Maret 2006Sambutan Bunda Lia Hermin Putri

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Para Tamu Undangan yang kami hormati . . .,
Sebelumnya kami sampaikan penghargaan setinggi-tingginya, atas waktu yang telah Bapak/Ibu luangkan untuk menghadiri pertemuan ini. Sungguh kami sadari, undangan ini demikian mendadak sehingga tentu saja mengacaukan agenda kegiatan Bapak/Ibu. Pada acara seminar sehari ini.Pada tgl.27 Maret 2006.
Namun kami yakin, keprihatinan dan kepedulian kita terhadap persoalan yang dihadapi bangsa ini, akan mampu menyisihkan waktu dan kepentingan lainnya.
Syukur alhamdulillah, Yang Mahakuasa pun berkenan mengizinkan kita bertemu dan berkumpul di sini, pada hari ini.

Banyak yang menyesalkan, mengapa undangan mendadak sekali sehingga para tokoh tidak dapat hadir di tengah–tengah kita. Memang kita berharap, tapi informasi dan waktu juga yang menjadi kendala. Untuk itu, kami mohon maaf atas lambatnya undangan yang kami sampaikan.
Pada kesempatan ini pula, kami mohon maaf kepada pihak-pihak yang seharusnya pantas dan layak hadir di sini, namun terlewat dari undangan kami. Bukan maksud kami sengaja mengabaikan, tetapi semata-mata karena keterbatasan informasi yang kami miliki.

Hadirin yang kami muliakan . . .,

Keprihatinan bersama atas kondisi bangsa Indonesia saat ini, telah menumbuhkan kesadaran kolektif seluruh elemen bangsa untuk bangkit dari keterpurukan, lepas dari bayang-bayang perpecahan.

Namun dari mana kita akan memulai?
Apa langkah awal yang harus ditempuh?
Lepas dari keberhasilan atau kegagalannya, berbagai jalan telah kita upayakan.

Di bidang kebudayaan, misalnya, kita saksikan kegairahan masyarakat dalam mengekspresikan adat-istiadat dan tradisi lokal mereka. Dari berbagai latar belakang budaya, yang sifatnya lokal-kedaerahan, masing-masing tampil dengan segala pernak-pernik keindahan dan keanggunannya.
Suatu pemandangan yang selama tiga dekade sebelumnya nyaris mustahil kita jumpai.
Semua itu menyadarkan kita, bahwa Adat dan Budaya adalah akar Bangsa yang mesti kita junjung tinggi, kita banggakan, dan kita lestarikan.

Tegakah kita melihat, membiarkan Adat dan Budaya kita tercabik-cabik oleh budaya luar?
Mari kita renungkan adat ketimuran yang hampir luntur. Pergaulan bebas, budaya luar, obat terlarang, minuman keras telah meraja-lela merasuki Anak Bangsa.

Sementara itu, pada saat bersamaan masih kita saksikan kekerasan di mana-mana. Konflik antar-kelompok di masyarakat, pemaksaan kehendak dengan dalih menegakkan kebenaran dan keadilan, masih saja terjadi.
Juga musibah bencana alam yang beruntun menimpa saudara-saudara kita di berbagai pelosok negeri tercinta, menambah deretan kepedihan kita. Seolah bangsa ini belum akan lepas dari derita berkepanjangan .Bumi Pertiwi ini sedang menangis mari kita Ruwat segera agar tidak terjadi Bencana yang berkepanjangan karena keterpurukan budaya yang telah lama kita lalaikan, bila kita tetap dalam keadaan begini buktikan saja apa yang akan bakal terjadi di thn.2006 menjelang 2007 dan bencana itu akan mulai datang di bulan April – Mei 2006. Tidak percaya buktikan !

Sudah menjadi watak manusia, baik ketika mendapat kedudukan atau tidak, selalu merasa kurang puas dan kecewa hatinya.
Sifat angkara murka masih berkuasa.

Semua itu adalah kesalahan sendiri, karena tidak melihat musimnya. Bila kita perhatikan dengan pandangan mata batin, sungguh aneh ulah manusia. Yang jujur, yang dusta hatinya, dapat diketahui dari satu firasat – dari namik. Namun tidak setiap orang mampu, kecuali yang telah terbuka untuk dunia gaib. Paham terhadap rasa, serta ingat akan safi’i di masa lalu, tetapi lebih rumit ceritanya, budi pekertinya telah tampak pada zaman lain. Banyak orang memahami bahasa dan kehidupan bangsa lain, hingga tidak memahami dan menguasai bahasa sendiri. Adat ketimuran hampir punah karena pengaruh bangsa lain.

Kebudayaan adalah inti yang harus diambil agar dapat menambah budi yang kuat. Mari kita pertimbangkan bersama demi kebaikan. Aturlah rakyat dengan baik, yang mengolah bumi, yang dapat dijadikan tanda atau tengara ‘gemah ripah loh jinawi’. Keutamaan laku dalam memimpin negeri atau bangsa harus tahu kewajibannya, berwibawa tutur katanya—Sabda pandhita ratu. Lakukan napak tilas moyang kita, jangan lupakan tradisi dan adat kebudayaan kita.

Contohnya, semua jiwa sentana Mataram harus kembali pada jati dirinya sebagai ‘orang Jawa’. Harus mau hidup rukun dengan sesama, terutama dengan trah Mataram itu sendiri. Harus tahu peran dan fungsinya sebagai ‘trahing kusuma – rembesing madu’. Baik kebetulan diri sebagai pejabat atau raja, atau mungkin rakyat biasa. Namun kita harus sadar, pendiri Mataram yang akan datang sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Mataram di masa depan atau “Mataram Binangun”.

Bumi Nusantara kemungkinan masih akan terus-menerus kacau, penuh dengan pertentangan. Ujian pun akan semakin berat, kecuali Mataram Binangun terwujud sesuai dengan keinginan moyang kita. Sudah saatnya, kita mulai menyambung benang merah yang hampir putus, mengumpulkan tulang berserakan.


□ □ □

Hadirin sekalian . . .,

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, kami memberanikan diri mengetengahkan gagasan RUWAT BUMI PERTIWI ini sebagai langkah awal. Sebagai batu pijak untuk membuka simpul keruwetan yang kita hadapi.

Kami akui, ide ini tidak sepenuhnya berasal dari kami sendiri.
Sekadar contoh, kami merasa terilhami gagasan seorang tokoh, maaf tak perlu kami sebut siapa, yang pernah melontarkan wacana “tobat nasional” menjelang masa reformasi, hampir sepuluh tahun lalu.
Sayang sekali, gagasan arif yang oleh pencetusnya dimaksudkan sebagai wacana menuju rekonsiliasi nasional itu mendapat tanggapan dan reaksi yang kurang proporsional. Kita lebih mempersoalkan istilah, ketimbang makna.

Kembali pada RUWAT BUMI PERTIWI, kami maksudkan sebagai langkah awal memaknai kembali pandangan (atau persepsi) dan perlakuan kita pada bumi dan segala isinya, sebagai bentuk tanggung jawab atas amanah yang telah kita terima.
Makmurkan bumi tempat kita berpijak, dan jangan buat kerusakan di atasnya.
Sudahkah kita renungkan, bahwa selama ini perbuatan kita masih jauh dari pesan yang terkandung dalam amanah tersebut?
Seperti terkandung dalam tema Ruwat Bumi Pertiwi ini,

REKONSILIASI NASIONAL MELALUI BUDAYA:
mamasuh malaning bumi – mangasah mingising budi

yang secara harfiah berarti

membasuh lukanya bumi – mengasah tajamnya budi.

Kita bersihkan bumi pertiwi dari noda dan luka yang kita buat—seraya melunakkan budi dan pekerti kita yang masih diwarnai kebengisan dan kekejaman.

Namun sudah selayaknya kita sadari. Sebagai manusia biasa, tanpa izin Sang Pencipta, mana mungkin kita mampu meruwat Bumi Pertiwi ini. Hanya pertolongan dan kemurahanNya jua yang menjadi sandaran kita.

Maka mari kita bersatu dan bergandeng tangan, tanpa meman-dang Ras – Agama dan Golongan, untuk berdoa bersama memohon ampunan atas dosa dan kesalahan, baik sengaja maupun tidak. Semoga Allah SWT mencurahkan kasih-NYA terhadap kita semua sehingga bumi ini aman. Terhindar dari segala bala’ dan bencana, kekacauan dan keangkara-murkaan. Kita bersihkan mental spiritual kita.

Sebagai supranatural, kami mohon kesediaan semua yang hadir maupun belum dapat hadir, untuk membantu kami turut prihatin mewujudkan cita–cita kita melalui Ruwat Bumi Pertiwi ini. Kepada kalangan spiritualis, mari kita berpegang pada kebenaran dan kejujuran.

Hadirin yang kami muliakan . . .,

Perjalanan kami belumlah apa–apa, dan jujur saja sebagai pencetus acara ini, kami masih mempunyai banyak kekurangan dan membutuhkan sumbang saran serta nasehat untuk langkah selanjutnya. Mustahil kami dapat melaksanakan ini semua dalam kesendirian. Maka kami mohon keikhlasan, ketulusan dan waktu pada Bapak/Ibu, juga para Tokoh yang tidak dapat hadir dalam Seminar ini, untuk bersama-sama membawa acara ini sampai titik yang kita harapkan.

Akhir kata, kami hanya bisa mengantar acara ini dengan penuh harap pada rasa kebersamaan dan kepedulian kita. Semoga langkah awal kita pada hari ini mendapat bimbingan dan kekuatan dari Yang Mahakuasa. Amin.

Billahit taufiq wal hidayah
Wal hamdulillahi rabbil ‘alamin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Ucapan Terima Kasih
kepada
1. Bapak Drs. H. Idham Samawi, selaku Pelindung, beserta jajaran Pemkab. Bantul yang telah bermurah hati menyediakan tempat dan seluruh fasilitasnya.
2. Bapak Prof. DR. Damardjati Supadjar, sebagai Narasumber Tamu, yang selalu mendampingi selama persiapan hingga akhir acara.
3. Didik Nini Thowok Entertainment, yang telah menyemarakkan acara ini.
4. Semua pihak, yang tidak mungkin disebut satu persatu, yang berpartisipasi menyukseskan acara ini, sejak awal gagasan hingga pelaksanaannya.