LAYANAN SUPRANATURAL SONGGO BUWONO

__________________________________________________________
Bagi anda yang mempunyai permasalah pribadi /keluarga, Kami siap membantu kesulitan yang anda hadapi.
Sukses dalam Bussiness, Karier / Jabatan, Pangkat, Pengasihan Tingkat Tinggi, Enteng Jodoh, Rejeki, Ruwatan, Bedah Aura Diri/ Anak, Kewibawaan, Gangguan Ghaib. Dll.
Hot Line Service: 081227272345 - 08125999929

Email: bunda_lia_herminputri@yahoo.co.id
songgo_buwono@yahoo.co.id
__________________________________________________________

PRESS RELEASE

________________________________

08 June 2008

Press Release Juni 2008

Bunda Lia Hermin Putri

Bisnis Anthurium demi tujuan Sosial dan Supranatural sebagai Jembatan bagi Rakin (Rakyat Miskin).

Sebagai Kolektor tanaman hias dan Tokoh Budaya Spiritual. Bunda Lia Supranaturat papan atas sejak beberapa tahun lalu ( 6 Thn ) Bunda Lia Hermin Putri (38 Thn) dari Manding – Sabdodadi- Bantul – Yogyakarta. Telah mengoleksi beberapa jenis tanaman hias dari Aglonema, Euphorbia, Adenium, Sansivera dan terakhir Anthurium. Dan diberi nama Nursery “Songgo Buwono” walaupun keadaan Nursery-nya yang hampir kebanyakan jenis Anthurium dan pasaran boleh dibilang sepi pengunjung, Bunda Lia tidak pernah berputus asa, walaupun bisnis Tanaman hias sepi beliau harus mengingat akan kepedulian beliau dengan masyarakat – rakyat kecil.
Tokoh Supranatural asli lereng gunung Lawu ini bertekad tidak hanya menjalankan bisnis murni, tetapi justru ditekankan pada aspek sosial kemasyarakatannya, untuk membantu kaum lemah.

Terbukti pada Tgl. 6 Juni 08 Bunda Lia bersama anggotanya mengadakan bakti sosial dengan membagi beras kepada 333 orang Rakyat Miskin dengan tiap kepala mendapatkan 10 kg beras dan uang Rp, 25.000,- tiap kepala. Tidak hanya rakyat kecil saja tetapi, orang cacatpun menjadi target utama dan 321 anak yatim pun mendapatkan santunan setiap Tgl. 27 perbulan.

Tanya : Tentang nialainya Bunda Lia menjawab
Jawab : “Semua tergantung kemampuan keuangan kas suka rela kami, jadi tidak mesti nilainya yang kadang banyak, kadang sedikit, tergantung donatur yang datang minta bantuan Spiritual kita dan mengisi kas PEDULI KASIH”

Tanya : Apakah dana itu hanya dari tamu yang datang kerumah Bunda Lia ?
Jawab : Ooo, tidak! Justru yang banyak adalah transfer dari donatur – donatur dari Luar Negri dan Luar Kota yang memiliki hati yang tulus untuk ibadah guna ketukan hati donatur yang mulia hatinya dan memiliki Roso Pangroso, mereka biasa memakai Nomer Rekening GIRO BRI Songgo Buwono dengan Atas Nama Pengembangan dan Pemberdayaan Supranatural Songgo Buwono No. Rekening Giro BRI cabang Katamso Yogyakarta 0245.01.000561.30.1.
Tanya : Apakah mereka itu (donatur) tersebut adalah pasien – pejabat atau bukan?
Jawab : Maaf ini sifatnya adalah rahasia dan mereka yang meminta bantuan pada kamipun harus memegang teguh akan kepercayaan yang meminta, kami anggap tamu kita sebagai Raja.

Tanya : Bunda Lia apakah boleh saya bertanya, tentang sesuatu untuk acara bakti Sosial selanjutnya setelah hari ini?
Jawab : Ya tentu ada karena Tgl. 22 Juli 2008 adalah HUT Songgo Buwono, maka rencana kami akan mengadakan Sunatan Masal bagi anak miskin dan menyantuninya. Do’akan saja semoga kami mendapatkan Donatur yang sadar akan orang dibawah kita. Allah humma, Amin.



05 May 2008

JADI GUBERNUR GAMPANG

Press Release
Bunda Lia Songgo Buwono
Yogyakarta.4 Mei 2008

JADI GUBERNUR GAMPANG
TETAPI SETELAH JADI GUBERNUR MAU APA?

Kami sadar, sebagai insan yang mendalami olah spiritual, rentan sekali menyakiti perasaan orang lain, terkait dengan prediksi dan pemberitaan di media elektronik maupun media cetak. Meski pada dasarnya kami tidak mempunyai niat menyakiti atau menyinggung perasaan seperti itu. Sebab pada dasarnya yang kami sampaikan adalah apa sebenarnya yang sedang terjadi di tengah masyarakat dan rakyat kecil. Hal ini berdasarkan fakta dan kenyataan yang kami lihat kompeten. Namun bagaimanapun manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan langkah dalam kehidupan ini.

Kini, marilah kita menapaki sisa usia kehidupan dengan lembaran baru, tentunya dengan semangat, tetap mengendalikan hawa nafsu, agar dapat menggapai kwalitas kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya, tentunya segala sesuatu jika sudah dikendalikan oleh hawa nafsu tidak akan menghasilkan yang baik dan membawa kita pada kemuliaan hidup, justru kesesatan dan hinaan. Kami keluarga besar Songgo Buwono kenapa berpihak pada Rakyat kecil? Karena mereka yang terkadang menjadi kambing hitam permusuhan alam juga orang besar dan berduit. Contohnya ada seorang yang mencalonkan sebagai Gubernur dan seorang yang mencalonkan sebagai wakil Gubernur, dengan dalih mereka mendapatkan uang dan nafkah dengan asal mendapatkan tanpa memikirkan sebab dan akibatnya menjadi team sukses seorang calon Gubernur contohnya….. Tanpa berpikir panjang terjadi permusuhan dan pertentangan karena hanya ingin menjadikan jago mereka menang dan karena di beri iming-iming kedudukan dan uang. Sehingga tanpa berfikir panjang, perkelaian dan pertumpahan darahpun dilakukan, Masya’ Allah sadarkah mereka bahwa tindakan tersebut tidak benar dan apakah mereka yakin dengan janji-janji mereka? Giliran jago mereka duduk ingatkah pada time suksesnya semasa pemilihan? TIDAK akan ingat bahkan mereka akan melupakan kita dan bisa jadi mereka kelak kalau sudah duduk akan lupa karena sang jago telah menjadi pejabat Wilayah dan merasa menjadi orang besar, itulah watak manusia. kalau sudah begitu orang-orang besar menyalahkan mereka dan menjadikan Rakyat kecil sebagai terdakwa.



Jadi Gubernur memang gampang, sekarang jamannya manusia dapat dibeli dengan uang apa lagi kedudukan akan mudah didapatkan dengan nilai rupiah. Masyarakat kecilpun mendapat imbasnya dan menjadi sasaran sebagai terdakwa dapat diberi iming-iming rupiah dan kedudukan,kalau sudah begitu rakyat hanya menjadi sasaran manfaat orang besar yang ingin mendapatkan kedudukan. Setelah jadi Gubernur misalnya taukah peran dan mau apa Gubernur itu misalnya? Apakah yang diduduki? Tanyakan pada calon untuk siapa dan untuk apa jadi Gubernur ? untuk Rakyat dan Masyarakat atau untuk pribadinya sendiri demi rasa gengsi dan ke- Aku -anya. Apakah mereka dapat menjadikan Pemerintahan bersih? Terutama dari KKN yang semakin merajalela? Dapatkah mereka menyejahterakan Rakyatnya, jangan Cuma janji. Apakah calon sudah memiliki nasehat dan petuah- arahan pada Rakyat untuk kesejahteraan? Apakah calon sudah bersama ditengah masyarakat untuk do’a dan apa do’anya pada Rakyat dan Masyarakat? Lalu apa yang diberikanya pada Masyarakat apakah calon tersebut sudah menunjukkan kepribadianya demi Rakyat?

Pemimpin itu melihat lebih jauh dan lebih dalam dari pada orang lain, Melihat lebih banyak dari pada orang lain, lebih dulu melihat dari pada orang lain, sudahkah calon anda seperti itu? Yang penting dia punya rasa, menghargai orang lain dan menciptakan suasana nyaman pada masyarakat, jadikanlah pemimpin yang bisa ngayomi / ngayemi masyarakat – kawulo alit. Berani tanggung jawab dan ambil oper kesalahan anak buah, sonder berfikir demi keuntungan pribadi. Dudukilah TEKAT.

07 February 2008

Dapatkah Keluarga Cendana Bertahan ?

Press Release
Jogjakarta, 7 Februari 08
Lia Hermin Putri
Pimpinan Sanggar Supranatural
SONGGO BUWONO

Sepeninggal Pak Harto
Dapatkah Keluarga Cendana Bertahan ?






Seperti yang pernah saya katakan pada siaran pers sebelumnya, dimana robohnya Pohon Pule Kramat se akar-akarnya yang berada di Sendang Beji, pesisir Pantai Selatan Gunung Kidul. itu merupakan tengara runtuhnya ‘Dinasti Soeharto’. Terbukti, selang beberapa hari Pak Harto masuk rumah sakit dan wafat. Kini tinggal anak cucu Pak Harto yang berada pada posisi telur di ujung tanduk.
Akankah mereka mampu menyelamatkan diri dari ancaman yang bakal datang dari berbagai lini sepeninggal orang tuanya tersebut ? Hal ini agaknya yang menjadi gunjingan hangat pasca wafatnya Pak Harto.
Dapat saya pastikan, jika Keluarga Candana (anak cucu Pak Harto) tidak tanggap atas tengara alam, jelas mereka akan tergulung habis. Karenanya, keluarga cendana harus lebih jeli dan waskito terhadap tanda-tanda alam.
Sesungguhnya masih ada kekuatan yang bisa dijadikan sebagai andalan untuk menyelamatkan nama besar Cendana. Keluarga tersebut masih memiliki dua tokoh perempuan. Satu diantaranya adalah Halimah. Saya katakan Halimah, karena dia memiliki kharisma yang tinggi. Walau dia hanya seorang menantu, semasa Bu Tin masih hidup, dia sering mendapatkan petuah dan amanat dari mertuanya itu. Boleh dibilang Halimah adalah “pusaka” bagi keluarga cendana. Karenanya, menjadi kesalahan besar jika Keluarga Cendana mencampakkan Halimah.
Sedangkan tokoh yang satunya adalah Siti Hardiyanti Rukmana (Mba Tutut). Dari kasat mata sudah terlihat, kalau Tutut memiliki bakat kepemimpinan dan juga memiliki pengalaman politik yang cukup karena di saat Pak Harto masih hidup dalam usia tua beliau banyak waktunya digunakan untuk memberi petunjuk kepada Mbak Tutut.
Jadi kedua wanita inilah (Halimah yang memiliki dasar kecerdasan spiritual dan Mba Tutut memiliki kecerdasan intelektual) yang bisa diharapkan untuk menyelamatkan keutuhan Keluarga Cendana. Sudah barang tentu kesemuanya ini melalui proses yang tidak mudah.
Untuk membangkitkan nama besar yang kini kian terpuruk memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan dan pengorbanan, serta keseriusan yang mendasar. Kekuatan politik dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memagari bahkan dapat memulihkan nama besar Keluarga Cendana.
Namun, kekuatan politik yang dibangun, haruslah berpihak kepada rakyat. Dengan kata lain, semampu mungkin kekuatan politik yang dibangun harus berkoridor kepada pengembalian hak-hak rakyat. Saya mengistilahkan koridor ini sebagai “Tali Wangsul”. Dan hal ini harus betul-betul dijalankan oleh Keluarga Cendana untuk menebus janji mendiang Pak Harto yang ingin mensejahterakan Rakyat Indonesia. “Tali Wangsul” harus dilakukan, karena hal itu bermakna kepada kekuatan moral dan spiritual serta membangkitkan kembali aura Cendana yang kian meredup.
Sudah barang tentu dalam melakukan “Politik Tali Wangsul”, Keluarga Cendana harus jeli dalam memilih kawan seperjuangannya, juga harus berani menciptakan lingkungan yang sehat dalam melakukan hal tersebut.
Menurut hemat saya, lengsernya Pak Harto kala itu dikarenakan para kroninya yang memegang prinsip ABS (Asal Bapak Senang). Hal inilah yang kemudian Pak Harto terjerembab ke dalam lingkungan yang tidak sehat. Sehingga Pak Harto tidak mengetahui kondisi yang terjadi sebenarnya, kemudian beliau pun menjadi alat bagi para kroninya. Jelas ini merupakan suatu pelajaran bagi siapapun. Jangan sampai peristiwa semacam ini kembali terulang dalam tata kepemimpinan Bangsa Indonesia.
Allah Maha Pengampun, dan Allah juga Maha pemberi jalan. Karenanya, tak mustahil pula bagi Keluarga Cendana jika mereka ingin menebus apa yang dianggap suatu kesalahan yang pernah dilakukan oleh Soeharto dalam memimpin negeri ini, niscaya Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi mereka. Amin ya Robbal Alamin.

Bencana di tahun 2008 dan Wahyu Semar milik Pak Harto

Masuk kepada tahun 2008, negeri ini masih mengalami bencana alam yang tergolong besar. Bencana kecil maupun besar akan terjadi di bulan Maret – November, kondisi alam masih kurang bersahabat. Hal ini sangatlah wajar, karena jauh sebelumnya manusia kian menzolimi alam tempat dimana dia berpijak.
Sebagai manusia, sebetulnya kita dapat menghalau bencana yang bakal terjadi. Tentunya dengan cara menghargai alam itu sendiri. Dan yang lebih penting, kita harus sering memberi uluk salam kepada Allah yang menciptakan dan berkuasa atas alam-Nya.
Terkadang, kebanyakan orang bertanya-tanya, mengapa di saat ini Indonesia sering mengalami bencana alam, sedangkan di masa pemerintahan Soeharto, bencana alam jarang terjadi. Dalam hal ini saya coba untuk berpendapat, Seperti yang kita kenal, sebagai seorang pemimpin, Pak Harto selalu menjaga dan mengikuti rambu-rambu alam. Beliau masih menjalankan adat dan tradisi nenek moyang. Dimana adat dan tradisi tersebut, jelas-jelas memiliki pesan moral yang sangat luhur serta bermakna ramah lingkungan. Dengan demikian boleh dibilang, Pak Harto sering menyapa alam.
Melihat hal tersebut, agaknya prilaku Pak Harto yang demikian dapat dijadikan sebagai salah satu pelajaran bagi para pemimpin negeri ini. Agar bangsa ini lepas dari cengkeraman bencana, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang ramah dan selalu menyapa alam dengan cara melakukan adat dan tradisi nenek moyang yang sudah ada.
Di samping itu, pemimpin harus memiliki karakter Tutur, Sembur, Uwur.
Jika kita melupakan hal tersebut entah bagaimana nasib bangsa ini ke depan….. Allahu Alam.
“Berusahalah ‘Menikahi’ Alam, Maka Akan Beranak Kedamaian” Amin Allahuma Amin.

Wahyu Semar
Ada beberapa fenomena alam yang kita lihat saat mengiringi kepulangan Pak Harto ke kepangkuan-Nya, Gempa berkekuatan 5,7 SR terjadi di wilayah Jogja dan sekitarnya, Hujan lebat yang dibarengi dengan angin kencang di seputar Hastana Giri Bangun dan beberapa fenomena alam lainnya terjadi. Tak dapat dipungkiri bahwa Pak Harto memang merupakan seorang linuwih dan merupakan bagian dari kekuatan alam.
Mengapa demikian ? karena Pak Harto telah berusaha menyatu dengan alam. Di masa hidupnya beliau rajin menjalani laku spiritual. Dengan kekuatan laku beliaulah kemudian Pak Harto memiliki banyak keistimewaan dalam segi ilmu spiritual.
Menurut mitologi masyarakat Jawa, Semar adalah tokoh besar yang memiliki kemampuan untuk mengemban negeri. Dan Suharto telah mendapatkan Wahyu Semar tersebut. Sampai ajal menjemput, Wahyu Semar yang didapat Suharto dari hasil tirakatnya di Gunung Srandil, Jambe Pitu, Cilacap Jawa Tengah itu masih melekat, bahkan ikut bersemayam di makam Hastana Giri Bangun. Wahyu ini tidak akan meninggalkan Suharto sebelum ada orang yang pantas menerimanya.
Anehnya, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan sambutan pada acara pemakaman Pak Harto di Hastana Giribangun, Karanganyar Jawa Tengah, guratan wajah Presiden SBY terkesan mirip dengan wajah Pak Harto. Menurut hemat saya, fenomena yang terjadi pada SBY merupakan gambaran dari nitiknya Wahyu Semar yang dimiliki pak Harto kepada SBY. Namun Wahyu Semar tersebut baru nitik, belum nitis. Yang jelas Wahyu Semar masih belum beranjak dari Suharto. Butuh tabung pelontar / wadah nyata untuk mapannya wahyu tersebut.
Berkaitan dengan hal itu, di antara bulan Maret sampai dengan September saya akan berusaha untuk ‘memerdekakan’ wahyu yang masih bersemayam tadi, dan nantinya akan manjing kepada seseorang yang berhak dan patut menyandangnya.
Beda halnya dengan Tusuk Konde milik Kanjeng Ratu Kidul yang pernah di dapat oleh Bu Tien dari Makam Mbang Lampir, Gunung Kidul, kini telah kembali ke tempat asalnya ke Mbang Lampir. Sebagai catatan, Tusuk Konde tersebut adalah Wahyu Keprabon yang diberkahi oleh Kanjeng Ratu Kidul kepada mereka yang dipilihnya.
Perlu saya sampaikan sekali lagi. Yang berhak menerima Wahyu Semar adalah orang yang memiliki ciri dan kriteria tertentu. Dari ciri tersebut diantaranya adalah kesatria yang memiliki karakter Tutur, Sembur dan Uwur. Dan mereka sangat bertanggung jawab atas kelangsungan kultur serta budaya bangsa ini.

25 January 2008

RELAKAN KEPERGIAN PAK HARTO

RELAKAN KEPERGIAN PAK HARTO
LEPASKAN PERALATAN MEDIS JANGAN TAMBAH SIKSANYA
Ampunilah semua dosa dan ringankanlah cobaan-Nya.


Sudah beberapa minggu hingga kini krisisnya kesehatan Sang Bapak Pembangunan mantan Presiden Suharto benar-benar tersiksa dengan sakit yang dideritanya. Bapak Suharto yang dulu setegar Gunung Merapi kini tergolek tak berdaya. Jasa Pak Harto yang setinggi Gunung hancur karena setitik kesalahan dan kurang Tanggap Sasmita beliau sendiri. Mengapa orang takut menghujat ketika orang kuat Orde Baru ini dipuncak kekuasaanya? Tetapi begitu Pak Harto lengser keprabon orang mencaci dan menistanya. Fitnah pun tak henti-hentinya menyerang pribadi dan keluarga Cendana.

Dalam kondisi yang seperti ini Pak Harto layak kita do’akan agar diberi ketabahan hati. Dan tidak berputus asa dari Rahmad Allah SWT. Kepada keluarga besar Cendana ikhlaskanlah beliau pergi, lihatlah Pak Harto ingin pergi kenapa mesti diberatkan???? Buang semua peralatan medis Istighfar senantiasa berserah diri pada Allah. Allah juga yang kelak menunjukkan keadilan sejati dalam masalah ini. Sabar dan tawakal, kalaupun hanya sebesar zarrah, sumbangsih dan jasa Pak Harto tentu tak luput dari perhitunganNYA. Manusia tak luput dari salah dan dosa baik disengaja maupun tanpa kita sadari. Wahai Dzat sebaik-baik yang bertanggung jawab, dan semulia-mulia Dzat yang memberi, seabaik-baik Dzat yang melepaskan apa yang diharapkan umat manusia. Biarlah Pak Harto pulang dengan tenang, jangan bebani perjalanan beliau dengan ketidak adilan. Mahasuci Allah yang Mahaadil. Bersihkan prahara dibumi tercinta dengan ketajaman pikiran dan kelembutan budi pekerti yang penuh cinta kasih dan maaf.

Sudah cukup berat dan melelahkan beban derita Pak Harto di penghujung usianya, tak perlu ditambah dengan segala hujatan lagi. Tak ada manfaatnya mencari-cari celah kesalahan orang lain. Sudahkah diri ini bersih dari dosa dan noda? Bayangkan saja apa bila kita yang mengalami seperti Pak Harto. Sementara ajal menjelang, betapa sedikitnya bekal yang dibawa menghadapi maut, belum pikiran beliau yang kita baca sesuai mata batin kita saat ini Pak Harto tersiksa oleh pikirannya sendiri yaitu antara pasrah menghadap Sang Pencipta dan rakyat mengejar pertanggungan jawabnya dengan hukum lalu bagaimana keluarga yang ditinggalkan apakah akan tumbang? Belum lagi Pak Harto yang memiliki beberapa ilmu yang sangat kuat dan belum dapat terlepas dari dalam dirinya, ilmu yang diperolehnya sangatlah kuat dan belum ada spiritual sekarang ini yang mampu menjebol atau melemahkan ilmu tersebut karena telah menyatu dalam jiwa dan raga Pak Harto, ilmu pak Harto dipelajari dengan berbagai lelaku, baik itu menepi, tapa kungkum, olah rasa, puasa dan lain-lain. Masih banyak lagi hal yang dilakukan Pak Harto untuk mencari tameng sampai pulau Majeti Cilacap dan daerah Cilacapun didatangi hanya untuk mencari Kasekten, Ilmu. Sampai mendapatkan kembang Wijaya Kusuma di Pulau Majeti yang dipakai pelengkap sebagai ageman beliau.

Ilmu Pak Harto memang luar biasa dan ilmu inipun membuat pertahanan Jabatan yang dipegang juga dapat membalikkan hukum. Walaupun banyak spiritual yang kawan maupun lawan beliau, berusaha merobohkan atau menghilangkan tetap saja tidak ada yang mampu menjebol pertahanan ilmu Batara karang yang dimilikinya. Karena ilmu Batara Karang saat ini tidak ada yang memiliki kecuali Pak Harto.


Ilmu Batara Karang tersebut ilmu yang memiliki karakter Hidup Abadi, orang tersebut tidak dapat mati kecuali telah menemukan kunci dari ilmu tersebut. Dulu sebelum pemilik ilmu tersebut mempelajari telah diikat oleh perjanjian yang sangat membuat merinding bulu roma, karena ilmu itu tidak disukai oleh Allah SWT dan dalam Agama Islam dilarang. Yang menyiksa Pak Harto adalah beberapa ilmu yang belum mampu dihilangkan oleh beliau sendiri maupun spiritual yang diperintahkan untuk menbuang. Jadi masalah ilmu ( ageman ) inilah yang harus diperhatikan. Bukan pusaka, jimat, akik, karena pusaka dan akik adalah sesuatu yang berwujut benda apa bila dipakai berguna bagi pemakai apa bila ditaruh ya tidak ada guna dan manfaatnya, seperti halnya kendaraan kalau kita pakai kita dapat jalan kalau kita berhenti dan kita tidak pakai ya tidak jalan. Jimat barang siji jur dirumat barang yang diisi oleh manusia yang mempunyai do’a dan asma’an , itupun juga sama halnya dengan akik atau pusaka jadi salah besar kalau kita terkecoh dengan benda tersebut. Cukup kita perhatikan ilmu beliau. Sejauh mana peran spiritual yang berada didekat Pak Harto dan keluarga Cendana? Supranatural / adikodrati, harfiah bermakna melampaui atau diatas yang natural, yang kodrati. Maksudnya proses / hukum alam yang berlaku pada ciptaan, ada yang secara jelas – tegas – kasatmata, dapat ditangkap diamati dan dipersepsi semua orang. Sedang ilmu yang dimiliki Pak Harto ini tidak semua orang yang punya ilmu linuwih sekalipun dapat menangkapnya. Hanya pribadi tertentu yang kebetulan diberi kemampuan mengindranya. Kecuali Dzat yang Mahatahu, yang Mahaadil, yang Mahamulia, yang Memuliakan, yang Mengembalikan, yang Dekat, yang Mengetahui, semua yang samar.

Kami kalangan “Supranaturalis”, yang berperan sebagai penyampaian sasmita atau siratan (implikasi) dibalik gejala yang alami atau kodrati. Hanya penyampaian tidaklah lebih. Dalam rangkaian berbagai peristiwa yang kita tangkap melalui sasmita atau isyarat hingga kami melihat Pulung Wahyu Keprabon telah lepas dari lingkup Cendana menyangkut nasib Tokoh Besar Suharto kalau benar penglihatan batin kami, kami garis bawahi kalau benar, yang terjadi bila Pak Harto berakhir perjalananya di dalam bulan Suro ( Muharam ) Januari Tahun ini dan keluarga Cendana melepas salah satu mantunya yang sebenarnya mendapat amanat alam yang memiliki karisma tinggi juga mandat dari Almarhumah Ibu Tien Suharto, sasmita tersebut menggambarkan pertanda akhirnya sejarah Cendana. Kami tidak menyebut kapan sejarah Cendana akan runtuh. Hanya itu yang dapat kami sampaikan, tentang kebenaran Allahu a’lam.

Kasekten untuk kepemimpinan

PREDIKSI MASA DEPAN INDONESIA
MENYINGKAP TAKBIR KEGAIBAN

Kasekten untuk kepemimpinan

Kekuasaan dalam budaya Jawa yang terangkum dalam istilah Kasekten. Contoh apa bila kesaktian Raja masih Jaya, seluruh tatanan kosmin berputar secara teratur mengelilinginya. Tetapi disayangkan Kasekten Raja sekarang telah memudar, alam pun turut terkena dampaknya, keteraturan alam dan masyarakat juga ikut kendor, dampaknya berbagai bencana alam serta gejolak sosial.

Kesaktian penguasa akan tetap berada dalam kejayaannya selama ia mengikuti etika – kekuasaan, dengan menjalankan kekuasaan tersebut demi kepentingan seluruh alam. Namun bila penguasa telah terjangkiti pamrih, kehendak untuk memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan sendiri, keluarga atau pihak-pihak tertentu, kesaktianya akan luntur.

Lazimnya para penguasa yang mulai merosot kekuasaannya, ditandai bergolaknya alam dan masyarakat, dan berlindung berbagai simbul dan slogan dari nilai-nilai luhur budaya Bangsa yang menjadi idiom bersama masyarakat. Penyelesaian ini, meski relative dapat meredam gejolak sosial, tidak mampu berbuat banyak terhadap bencana yang bersifat alami.

Apakah yang harus dilakukan jika kutukan zaman datang seperti yang kita alami sekarang ini? Meskipun ia mampu mengungkapkan berbagai kejadian yang mengindikasikan datangnya kutukan zaman, namun tidak memberikan suatu jalan penyelesaian yang konklusif. Maka apakah kita tidak segera Eling, Waspada, dan sabar. Sikap Eling adalah selalu ingat akan jati dirinya adalah mahkluk spiritual, dan mendorong untuk selalu berpegang kepada spiritualitas yang tidak lain adalah inti dirinya yang terdalam. Sikap Waspada mengingatkan dorongan nafsu kearah tepi lingkaran eksistensi selalu ada di setiap sudut kehidupan sehingga kewaspadaan wajib dijaga. Sedang sikap Sabar mendorong manusia untuk menghayati sikap kewaspadaan untuk dapat menanggulangi bahaya nafsu diperlukan pengorbanan, karena kejahatan tidak cukupdengan niat baik. Menyingkap tabir kegaiban suatu tanda gerak jaman yang penuh bahaya – kesusahan bagai utusan TUHAN yang mengabarkan datangnya penderitaan ke bumi. Maratabat Negara tampak tetapi tanpa rupa, rusak tercambik-cambik. Hukum dan aturan diinjak-injak tidak ada lagi teladan yang bijak. Matahari kehidupan bangsa Indonesia seakan hampir padam dunia kini telah penuh bencana. Ditambah tergoleknya Mantan Presiden Soeharto yang sudah sekian hari berbaring di RS Pertamina, ditengok oleh berbagai kalangan baik pejabat, pengusaha, spiritual dan masih ada yang lain yang ingin tau keadaan Bpk. Soeharto. Namun semua yang membesok konon ingin diwarisi Kasekten / Wahyu / sesuatu yang ada pada diri Bapak Soeharto, aneh memang kedengaranya karena yang namanya Wahyu itu tidak perlu di kejar atau diburu kalau memang seseorang dikehendaki oleh Allah dan Alam, wahyu pasti akan datang pada orang tersebut dengan sendirinya.

Telah kita ketaui di Era sekarang ini masyarakat lebih cenderung kepada pola kehidupan modern yang mengedepankan Demokrasi ala barat. Dimana sesungguhnya, Demokrasi kita yang kita jalankan sekarang ini merupakan asupan dari kultur luar. Sesungguhnya Indonesia memiliki pola Demokrasi sendiri yakni dengan pola Musyawarah Untuk Mencapai Mufakat, musyawarah telah tercantum pada Pancasila tetapi dalam beberapa decade setelah lengsernya Pak Harto Pancasila tidak lagi tampak apalagi Budaya kita. Demokrasi yang ada sekarang ini merupakan Demokrasi yang memancing ego dan ambisi dipenuhi dengan emosional kelompok, bahkan perseorangan. Sehingga Demokrasi tersebut hanya menghasilkan sari pati Emosional. Dampaknya adalah kutukan zaman yang nantinya akan menambah kerusuhan silih berganti nafsu angkara murka dimana-mana. Manusia akan menjadi gundah merajam jiwa, malu yang tak terobati berbagai fitnah dan intrik dating seakan menghibur dan bermanis muka menyanjung segala puji dari pihak luar, padahal semua itu hanyalah siasat menikam diri Bangsa apabila tidak kita waspadai mulai dari sekarang. Ada baiknya kita kembali pada kultur kita sendiri “Bermusyawarah Untuk Mencapai Mufakat”

Gossip dan rumor menyebar bagai angina membawa berita janji muluk, pangkat, drajat, kedudukan, namun semua hanyalah bualan janji kosong para calon yang ingin KURSI, padahal jika kita cerna jadi pejabat untuk apa? Bila hanya menanam benih dosa disiram air lupa diri hanya akan berbunga bencana. Kini zaman sedang kena musibah, yang dapat dijadikan teladan menimbang yang baik dan keburukan pasti tidak akan pernah kurang. Dan bersiap untuk menerima sekala putusan takdir dunia yang makin ruwet ini menurut padangan spiritual, jika masyarakat selalu mengalami gejolak dan mengedepankan keangkaramurkaan, maka alam pun akan membalas bergejolak. Karena hal ini pengaruh hawa keangkara murkaan manusia yang lupa jatidirinya. Namun bila kita kembali pada jati diri kita, dimana seorang pemimpin yang menurut kultur Jawa memiliki karakter Tutur, Sembur, Uwur maka rakyatpun tidak akan gelisah. Jika Masyarakat tentram maka energi positif yang akan terpancar kembali Bangsa Indonesia, alam pun akan memanjakan masyarakat kembali menjadi gemah ripah loh jinawi.seperti yang terjadi sekarang ini kami menilai Bangsa kita sudah kehilangan Buku Sucinya. Yang saya maksud dengan “Buku Suci” disini adalah “Kitab Tanpa Tuli” inilah yang dinamakan Kasekten. “Kitab Tanpa Tulis, yakni getar hati nurani yang lembut, yang merekam suara kebenaran”. Dan kita harus menemukanya kembali “Buku Suci” itu. Dimana ??? yah ….dihati sanubari kita yang paling dalam. Lalu siapa yang disebut orang sakti? Orang sakti adalah orang yang telah berhasil mengalahkan musuh besarnya, yakni hawa nafsunya sendiri.

Dalam filosofi “Hamemayu Hayuning Bawono“ terkandung dalam misi Tri Satya Brata : Hamengku Nagara, Hamengku Budi dan Hamengku Buwana, yang artinya Hamengku Nagara karena Tuhan menciptakan Bumi kita hidup dibumi dan beraneka ragam suku, agama, golongan sehingga dibutuhkan satu pemerintahan yang mengatur agar manusia tidak saling silang antar manusianya. Hamengku Bumi sebagai lingkungan alam kita wajib melestarikan karena bumi sebagai sumber alam. Hamengku Buwono, menjadi kewajiban manusia yang lebih luas dalam mengakui, menjaga, dan memelihara seluruh isi alam semesta. Memasuh Malaning Bumi, Mangasah Mingising Budi. Keharmonisan alam lingkungan.

11 January 2008

Press Release Januari 2008

Catatan 9 Januari 2008

Antara Soeharto, Bengawan Solo dan Gunung Merapi
Nasib Pak Harto tergantung 10 hari ke depan





Telah seminggu ini kesehatan mantan presiden Soeharto memburuk. Beliau kembali di rawat di Rumah Sakit Pertamina Pusat Jakarta. Sementara dalam perawatan yang intensif itu, kesehatan Pak Harto mengalami fluktuatip.
Di balik sakitnya mantan orang nomor satu di Indonesia ini banyak menimbulkan reka-reka masyarakat. Mampukah pak Harto bertahan lebih lama lagi ? pertanyaan itu yang kerap timbul dalam benak masyarakat.
Memang menjadi suatu keperihatinan jika sakitnya Pak harto berkepanjangan. Karena hal itu jelas menjadi siksa bagi beliau. Karenanya kami mengimbau kepada segenap masyarakat untuk berdo’a agar apa yang dialami Pak Harto tidak berlarut.
Pada malam 1 Suro, Sanggar Supranatural Songgo Buwono melakukan ritual, di mana dalam ritual tersebut diisi oleh do’a yang berkaitan dengan kondisi Pak Harto. Saat Ritual yang kami lakukan di Pantai Selatan Parangkusumo, Bantul Jagjakarta, kami mendapat tengara, jika dalam 10 hari (terhitung mulai 1 Suro 1941 – 9 Januari 2008- ) Pak Harto dapat bertahan dan kesehatannya kian memulih, maka beliau akan bertahan lebih lama, Namun apabila dalam jangka waktu 10 hari kesehatannya tak kunjung pulih, maka kemungkinan besar dalam bulan Suro ini beliau akan kembali kepangkuan sang kholiq. Bukan Cuma itu, pulung yang kepemimpinan yang selama ini ‘bersarang’ di Cendana telah kembali. Pulung tersebut akan diberikan kepada calon pemimpin bangsa ini yang memiliki sifat “Tutur Sembur Uwur”.
Ini merupakan wangsit kepemimpinan. Dimana pulung tersebut nantinya akan kami jatuhkan pada seseorang, entah pada siapa kami belum mendapat gambaran dalam wangsit dan tengara, apa bila telah mendapat petunjuk Wahyu Keprabon – Kepemimpinan Bangsa Indonesia nantinya akan kami beri tahukan secara terbuka harapan kami tentunya pada salah satu Pemimpin yang berjiwa Satria yang mempunyai watak Berbudi Bowo Laksono dan Tanggap Sasmitho dengan tujuan kami mencari seorang Satria dengan kriteria - berkarakter “Tutur, Sembur, Uwur”
Seperti yang telah kami prediksikan jauh hari sebelumnya, jika Sungai Bengawan Solo Meluap, maka Indonesia akan kehilangan salah seorang tokoh besar negeri ini.
Bengawan Solo telah meluap, kemudian apakah benar bangsa Indonesia akan kehilangan salah seorang tokoh besar yang sangat berpengaruh di negeri ini ? Allahu Alam. Yang jelas Pak Harto kini dalam kondisi sakit yang memperihatinkan.
“Lebih baik kita bersama-sama mendo’akan beliau, agar Tuhan memberikan hal yang terbaik baginya, dan bangsa ini”.
Selain itu, kami juga mendapat tengara, apabila Pak Harto mangkat, maka akan disusul oleh peristiwa alam yang mengiringi kepergian beliau. “Agaknya dalam hal ini akan ditandai dengan bergejolaknya Gunung Merapi.
Di sisi lain, Sebagai seorang pemimpin, tak heran kalau Pak Harto juga memiliki tingkat ilmu kasepuhan yang tinggi. Salah satunya adalah ilmu ajian Batara Karang. Menurut pengamatan saya, ilmu tersebutlah yang membuat dirinya ‘tersiksa’ di penghujuh hari-hari beliau. Hal ini disebabkan karena Pak Harto lupa akan kunci ajian ilmu yang dituntutnya itu, sehingga kesulitan untuk melepaskannya. Sedangkan simpul ilmu tersebut harus segera di lepas agar tidak lagi menyiksanya. Untuk melepas ajian Ilmu Batara Karang, haruslah orang yang memiliki ilmu yang segaris dengan Pak Harto. Dengan kata lain tidak semua orang bisa melepaskan Kunci Simpul ilmu tersebut.
Eyang Marto adalah orang yang memiliki ilmu segaris dengan Pak Harto. Namun kini beliau juga sudah wafat. Pada saat beliau wafat, tanggal 22-11- 1994 Selasa Kliwon dibarengi dengan meletusnya Gunung Merapi. Saya yakin peristiwa meletusnya Gunung Merapi itu bukan sekedar kebetulan saja, namun sangat berkaitan dengan wafatnya Eyang Marto. Begitu juga apa bila Bapak Pembangunan kita Mantan Presiden, Jendral Soeharto jika wafat Gunung Merapi akan bergejolak.
Sebagai buyut, yang sekaligus diwarisi ilmu ajian Batara Karang oleh Eyang Marto, saya merasa turut prihatin dan berkonsekwensi untuk membantu mereka yang memiliki ilmu tersebut. Semoga Allah mengampuninya.
Sebaik-baiknya iman, adalah mereka yang ingin dicintai oleh Tuhannya, Sebaik-baiknya bangsa, adalah mereka yang tak ingkar dengan sejarah bangsanya. Tak bisa dipungkiri, Pak Harto pernah memimpin Bangsa ini selama 32 tahun, dan telah membawa Bangsa ini ke-arah kemajuan. Walau ada keburukan, namun tak sedikit pula hal baik yang telah di perbuat oleh Pak Harto untuk Negeri ini. Itulah Torehan Sejarah Bangsa ini. Dan telah menjadi sejarah manusia pula, dimana mahluk yang paling sempurna di muka bumi ini, tetap tak luput dari salah. “Suharto Juga Manusia”.
Karenanya, sekali lagi saya sampaikan, mari kita berdo’a agar hal baik selalu berpihak kepada kita. Amin – amin ya Robal Alamin.

Lia Hermin Putri
Pimpinan Sanggar Supranatural Songgo Buwono