LAYANAN SUPRANATURAL SONGGO BUWONO

__________________________________________________________
Bagi anda yang mempunyai permasalah pribadi /keluarga, Kami siap membantu kesulitan yang anda hadapi.
Sukses dalam Bussiness, Karier / Jabatan, Pangkat, Pengasihan Tingkat Tinggi, Enteng Jodoh, Rejeki, Ruwatan, Bedah Aura Diri/ Anak, Kewibawaan, Gangguan Ghaib. Dll.
Hot Line Service: 081227272345 - 08125999929

Email: bunda_lia_herminputri@yahoo.co.id
songgo_buwono@yahoo.co.id
__________________________________________________________

PRESS RELEASE

________________________________

27 January 2009

Dosa Kok Diperjual-belikan

Press Release
Bunda Lia Hermin Putri
Hp.08125999929




Syukur Alhamdullillah, Allah telah memberikan kita negeri yang subur.
Negeri agraris yang sempat membuat bangsa-bangsa lain menjadi iri akan alam yang gemah ripah loh jinawi ini.
Namun perlu dicermati, suburnya alam kita, kayanya alam kita juga telah menina bobokan kita.
Pada akhirnya muncul kenistaan kita terhadap sang Khaliq.
Saya menganggap ini suatu kenistaan, karena kita tak mau mengelola apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Kita juga tak dapat merawatnya dengan baik.
Hingga bangsa ini-pun kedepan bakal mati kelaparan di lumbung padi…. Inilah bentuk kenistaan yang kami maksud.
Kita juga hanya berkecap bangga, namun kita tidak mau berjuang untuk merumat apa yang telah diberikan-Nya.
Astaghfirullah…. Ma’afkanlah dosa dan kesalahan kami Ya Allah.
Ikqra….. – Bacalah --. Demikian Allah memberikan wahyu pertamanya Kepada Rosullulah SAW.
Ini jelas pula maksud yang terkandung di dalam kalimat tersebut. Kita harus jeli membaca alam, kita harus jeli membaca situasi, kita juga harus jeli membaca potensi yang ada di diri kita, dilingkungan kita, di Negri kita, bahkan di seluruh jagad raya ini.
Memang hal ini tidak mudah dilakukan.
Butuh pembelajaran, butuh ketelatenan untuk membaca apa yang telah diperlihatkan-Nya oleh Allah SWT…….

Demikian pula di saat sekarang ini, dimana negeri kita mengalami krisis kepemimpinan. Sebagai masyarakat, warga Negara Indonesia yang bertanggung jawab atas nasib bangsa kedepan, kita harus jeli pula dalam memilih seorang pemimpin.
Karena secara demokrasi, Rakyat menjadi penentu atas siapa yang akan dijadikan sebagai pemimpinnya.
Namun secara filosofis, bukan hanya kemenangan demokrasi yang akan menempatkan manusia menjadi seorang pemimpin.
Butuh beberapa faktor lain yang harus dimiliki agar seseorang bisa menjadi pemimpin sejati.

Jika seorang pemimpin merasa lahir hanya karena kemenangan secara demokrasi, niscaya akan tumbuh pula keangkaramurkaan pada dirinya.
Dia akan melebihi Raja yang dictator, Raja yang otoriter dan merasa memiliki kekuasan yang absolut, tanpa memikirkan hak rakyatnya.
Disinilah dibutuhkan kejelian masyarakat dalam memilih seorang pemimpin. Jangan sampai kita terjebak oleh janji-janji manis tanpa bukti, jangan pula kita dapat disogok hanya untuk mengangkat “derajat” mereka, yang kemudian jika dia telah menduduki kursi kekuasaan, malah menginjak-injak kita. Dan menambah dosa… sebab apa? Dosa di Negara ini sudah diperjual belikan.
Ini karena dia merasa kekuasaan yang didapat merupakan ‘barang dagangan’ yang sudah dibelinya dari rakyat dengan bayaran uang sogokan yang tidak seberapa, serta ucapan janji-janji busuk saat kampanye.
Sungguh itu merupakan perbuatan yang dzolim.

Fiman Allah SWT dalam Al Qur’an surat : Al a’raf ayat :129

Qalu uzina min qabli an ta’tiyana wa mim ba’di ma ja’tana, qala ‘asa rabbukum ay-yuhlika’aduwwa kum wa yastakhlifakun fil –ardi fa yanzura kaifa ta’malun.

Artinya :
Kaum Musa berkata : “ Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu dating kepada kami dan sesudah kamu datang” Musa menjawab : “ Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu Khalifah di bumi (NYA) maka Allah SWT akan melihat bagaimana perbuatanmu.

Allah SWT tidak menyukai pemimpin yang Dzolim, yang menyengsarakan rakyatnya. Jika terjadi hal demikian, bukan hanya sang pemimimpin tadi yang dzolim, kita juga termasuk orang-orang yang telah menzolimi diri kita sendiri, sebab kita telah memilih pemimpin hanya karena uang sogokan, bukan karena sikap, sifat, serta segala kebaikan yang tercermin pada calon pemimpin yang akan kita pilih. “Ingat….. salah pilih akan berakibat fatal…”

Yang menjijikan lagi…, setelah dia terpilih menjadi pemimpin, dia hanya merasa kalau kepemimpinannya itu hanyalah hasil dari demokrasi yang diciptakan manusia. --- “Saya ada di kursi kepemimpinan ini lantaran dipilih oleh rakyat” --- katanya. Hanya itu yang menjadi kebanggaan atas kemenangannya. Dia lupa…., kalau setiap pemimpin kaum, golongan apalagi pemimpin bangsa, adalah Rahmat sekaligus cobaan besar yang diberikan Allah kepadanya.
Sementara demokrasi hanyalah sebagai lantaran atau jalan untuk menuju ke arah itu.

Firman Allah SWT: Surat : Shaad, Ayat 26

Ya Dawudu inna ja’alnaka khalifatan fil-ardi fahkum bainan-nasi bil-haqqi wala tattabi’il- hawa fa yudillaka ‘an sabillillah, innallazina yadilluna bima nasu yaumal- hisab.

Artinya :
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu Khalifah (Penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (Perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengukuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Al;lah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Maka mari kita pilih pemimpin yang benar, gunakan nurani kita diatas akal kita. Pilihlah pemimpin yang memiliki tutur - sembur – uwur agar dapat menjadi pemimpin yang adil bagi rakyatnya, yang mengerti akan kebutuhan rakyat kecil, bukanlah pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompok saja.

Saudara-saudaraku sekalian……. Mari kita merenung, berdo’a, serta ber-introspeksi diri, apa yang harus kita lakukan untuk melangkah kedepan agar bangsa ini terbebas dari penjajahan nuraniah, agar kita lolos dari kepemerintahan yang sewenang-wenang, agar kita tak mati di lumbung padi.

Jelas ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Sekali lagi saya katakan. ……… kita harus berani bersikap dalam menentukan siapa yang patut menjadi pemimpin Bangsa ini atau daerah sekalipun.
Kita harus tulus ikhlas memohon kepada Allah, agar Allah memberikan kepada kita petunjuk seorang pemimpin yang Jujur berkeadilan, pemimpin yang tegas bermartabat.
Pemimpin yang benar-benar berjiwa kepemimpinan.
Bukan hanya pemimpin yang lahir karena demokrasi di luar kandungan Ibu Pertiwi. Subahanallah…. Hanya Engkau yang maha tahu atas apa yang kami butuhkan. Ya Allah …………

Sudah menjadi kelemahan manusia memang, ketika telah diberikan rahmatan…, tamak, serakah serta kelalaian lainnya akan mengikuti.
Lagi-lagi kita harus mengingat kata “Iqra” – Bacalah –
Kita harus bisa membaca dan merasakan apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.
Jika kita berani dan mau membaca, kemudian merasakan apa yang telah diberikan, maka rasa tamak, serakah, serta hal lain yang membuat kita merugi akan terlupakan.
Yang ada hanya rasa syukur, sabar serta berusaha untuk menjadi lebih baik.
Dalam Falsafah jawa mengatakan “Mulat Sariro Hangroso Wani”. Secara harfiah yang artinya “ Sebagai hamba Allah kita harus selalu ber- Intropeksi diri, mawas diri supaya kita tidak tergelincir dijalan yang sesat”

Ini….., hal ini yang harus dijadikan kata kunci bagi kita.
Terlebih bagi seorang pemimpin yang jelas-jelas memikul nasib orang banyak.
Introspeksi diri merupakan benteng kukuh yang bisa menyelamatkan segalanya.

Berbicara tentang sosok kepemimpinan, saya jadi ingat seorang pemimpin besar Jenderal Sudirman.
Berlatar belakang seorang guru, Pak Dirman juga mampu bersikap sebagai ‘Tentara Perkasa” yang memiliki komitmen atas nasib bangsa ke depan. Walau kala itu beliu dalam kondisi sakit, namun tetap memimpin perang di medan laga tidak perduli mesti di tandu.
Hal ini bisa dijadikan sebagai inspirasi dan dan contoh kita betapa mulianya jasa dan penjuangan Jendral Sudirman.
Semangat kebangsaan Pak Dirman sebagai pemimpin tak surut oleh apapun.
Kemerdekaan bangsa ini tetap menjadi perioritas utama ketimbang kesehatan dirinya sendiri. Hanya ada satu tujuan, yakni menuju Bangsa Indonesia Merdeka, lepas dari segala macam bentuk penjajahan.
Baik bentuk penjajahan per-ekonomian, penjajahan nurani maupun aqidah.
Tetapi apa yang kita jumpai sekarang ini - apa???

Yang menjadi pertanyaan mengapa Orang Islam tidak dapat bersatu?
Agaknya di tahun 2009, bumi pertiwi masih dirundung malang.
Bencana demi bencana masih dialaminya.
Selain dampak dari pemanasan global, faktor moralitas juga mendominasi terjadinya petaka.
Berkaitan dengan pemanasan global, masyarakat dunia telah mencapai kesepakatan (walau belum memuaskan), dimana negara maju sepakat akan memberikan kompensasi atas dampak teknologi yang berpengaruh buruk terhadap kondisi alam semesta.
Nilai kompensasi yang kurang memadai ini juga akan bertambah sia-sia jika penggunaannya tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Lepas dari bencana alam, tingkat moralitas yang rendah juga akan menyeret bangsa ini ke sisi yang gelap. Wilayah Indonesia Bagian Timur akan digerogoti dengan gejolak masyarakat yang kian dahsat.
Demo besar-besaran bakal terjadi di wilayah itu. Demonstrasi terjadi dikarenakan kekuatan isu politik yang dihembuskan pihak ketiga yang sengaja ingin menciptakan suasana keruh di Indonesia Bagian Timur.
Yang lebih mengerikan lagi, Agama masih dijadikan komoditi unggulan pihak ketiga dalam upaya memecah belah bangsa ini. Kali ini upaya pemecah belahan Agama Islam gencar dilakukan.

Gerakan-gerakan tersebut mendiaspora di mana-mana.
73 golongan akan ‘diadu’ dan ego-nya dipancing mengakui bahwa golongannya adalah aliran yang benar dan terbaik.
Kemudian mereka menuding kelompok lain sebagai aliran sesat.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya berpendapat, Islam yang benar adalah Islam yang tidak mau di pecah belahkan.
Jangan terpancing atas isu pemecah belahan tersebut.
Kendalikan emosi serta hilangkan sifat ego kelompok atau golongan.

Jelas, permasalahan ini berkait erat dengan tingkat keimanan kita kepada sang khalik. Apapun golongan atau alirannya, Islam telah memiliki aqidah baku dan berinti kepada cinta kasih kepada sesama, serta mengakui akan ke-Esaan Allah SWT.
Maka mari kita cari seorang pemimpin yang dapat menjadi panutan yang dapat menjadi Imam yang baik bagi kita semua, bagi anak cucu kita dan tunas-tunas Bangsa nantinya. Seperti pepatah Jawa mengatakan
Ing ngarso sung tulodho ( pimpinan itu apa bila didepan harus dapat memberi contoh )
ing madyo mangun karso ( bila sedang ditengah membangun semangat dan dapat menjadi penengah )
tut wuri handayani ( apa bila dibelakang memberi dukungan dan dapat mendorong semangat untuk kedepan ) ini sangat berarti bagi kita tapi kenapa Pemimpin sekarang lain tidak seperti ajaran dan pesan atau kalimat ki Hajar Dewantoro ?
Beda halnya dengan isu kedaerahan serta pemecah belahan Islam, lembaga hukum di Indonesia justeru ‘memilih jalan gelap’ dimana para penegak hukum semakin melemah dalam menyangga hukum yang berlaku.

Saya menitik beratkan kepada Lembaga Hukum.
Lembaga hukum bakal mendapat cobaan yang demikian berat. Disamping ancaman dari luar, tingkat kolusi yang tinggi juga akan mempengaruhi jejegnya naluri keadilan bagi para pelaku hukum di lembaga tersebut.
Saya yakin, mereka yang sekarang duduk dan memiliki kedudukan adalah orang-orang terpilih dan pinilih yang betul-betul paham dengan tugas dan kewajiban yang diembannya.
Tapi saya masih meragukan, apakah mereka benar-benar teguh dalam pendiriannya jika terjadi ancaman atau mungkin sogokan yang akan diberikan kepadanya.
Allahu alam.... Kelak tampak dari mata batin kita yang duduk akan ketauan tidak menepati janji dan akan kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya, banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab.

Ingat....... lemahnya peradilan bukan merupakan siksaan dari Tuhan, melainkan lemahnya manusia atas tanggung jawabnya sebagai mahluk sosial yang bergantung kepada hukum.
Garong makin merong - rong, rampok makin merajalela, pengayom memfitnah yang diasuh, penjaga mencuri yang dijaga, penjamin malah minta dijamin, karena menjadi korban orang jahat dan jahil, orang kecilpun semakin terkucil.
Tidak hanya para petinggi, atau praktisi hukum saja yang berperan untuk menegakkan hukum di negeri ini. Semua lapisan masyarakat harus tunduk kepada hukum.
Jika tidak, maka dia akan terhukum.
Banyak janji yang diingkari, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu tidak melaksanakan hukum Allah SWT barang jahat dipuja dan dimenangkan, barang suci dibenci dan dihakimi tanpa peduli membawa ke jeruji.
Telah kita ketahui, di Indonesia di mana negara ini adalah negara hukum yang berdasarkan atas Ketuhanan yang Mahe Esa.
Hukum yang dibuat jelas berlandaskan atas ketuhanan, bukan kekuasaan.
Jadi hukum positip yang di buat oleh manusia tadi merupakan implementasi dari hukum Tuhan.
Dengan kata lain, jika kita tidak mengindahkan hukum positip, atau memutar balikkan hukum positip, berarti kita telah meremehkan Hukum Tuhan.
Manusia sudah lupa dengan asal-usulnya.
Sering kali kita dengar peristiwa ‘permainan hukum’ terjadi di negeri ini.
Maka tak heran jika bencana terus melanda negeri ini. Tuhan murka, karena manusia tak taat lagi terhadap norma / hukum yang mengaturnya.

Banyaknya penyelewengan hukum akhirnya menjadi karma buruk bagi bangsa ini.
Dan kita menerima imbas karma tersebut padahal kita selalu berhati-hati dalam langkah kita. Selalu ingat sebab dan akibat bila melangkah.
Maka mari kita benar-benar memilih..... jangan sampai keliru dengan pemimpin-pemimpin palsu yang menyamar.
Kasihan saudara kita di daerah, didesa maupun dikota, makanya kita teliti bagaimana calon pemimpin yang akan kita usung ?
Namun, masih ada sisa waktu kita untuk merenung dan mencari jalan pulang untuk kembali kepada-Nya. Saya lebih cenderung, agar kita segera kembali kepada fitrah kita sebagai manusia, mahluk sempurna yang berkewajiban melindungi dan menjaga apa yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Allah SWT Maha segalanya.
Doa kita semoga segera muncul seorang tokoh pilihan yang sudah digembleng dari tanah Jawa, guna berbekal kekuatan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Seorang tokoh itu yang dapat membelah pulau Jawa ( Bumi Pertiwi ) ini menjadi dua.
Maaf bukan berarti tanah jawa akan terbelah dua tetapi terpisah oleh dua golongan yaitu Jahat dan Lurus.
Yang luruslah yang dipimpin, rakyat bersatu padu dalam hukum yang adil jujur dan bijaksana memutuskan perkara ( inilah saat yang disebut Ratu Adil) rakyat bersuka ria karena keadilan dari YME, akan muncul Seorang Pemimpin baru dan dapat memimpin Bangsa ini kedepan.

Sekarang yang kita lihat dan kita jumpai adalah
Banyak laknat banyak pengkhianat, anak berani pada orang tua, saudara saling membunuh, guru saling bersateru dan adu kekuatan, dimana-mana banyak yang melampiaskan amarah.
Harta akan menjadi penyebab, pangkat akan menjadi pemikat, yang wenang akan menjadi sewenang-wenang dan merasa paling hebat, yang kalah dan mengalah semua merasa bersalah.
Yang berhati suci dibenci yang jahat penjilat malah mendapat pangkat yang mencuri hanya duduk dan dapat upeti.
Setelah melihat ini semua apa yang mampu kita lakukan ???
Hanya berserah diri pada Allah SWT dan menata rasa dan hati kita agar kembali ke Fitrah kita sebagai makluk sempurna yaitu manusia.

Semoga kedepan kita dapat lebih banyak berbuat untuk negeri ini, negri yang diberikan kesuburan dan kemakmuran oleh Allah SWT, Amin.
Akhir kata, apa bila ucapan atau perkataan saya menyinggung atau tidak berkenan dihati tidak mengurangi rasa hormat saya sedikitpun mohon maaf sebesar-besarnya, karena kami masih harus banyak belajar dan menerima usulan dari panjenengan semua demikian kami hanya bisa mengucapkan ini dengan penuh harap pada rasa kebersamaan dan kepedulian kita.

1 comment:

D-BB said...

If you don’t mind, I would like to remind everybody that as bad as our economy is, as bad as our crime is here at home and with all our differences, few if any of us truly understand what is it like to go to bed hungry. Please visit Bread.org and then look at your kids and drop to your knees and than God.

Please consider sharing your blessings with those less fortunate.

Also, I have no clue what you are talking about but God, you are hot!