LAYANAN SUPRANATURAL SONGGO BUWONO

__________________________________________________________
Bagi anda yang mempunyai permasalah pribadi /keluarga, Kami siap membantu kesulitan yang anda hadapi.
Sukses dalam Bussiness, Karier / Jabatan, Pangkat, Pengasihan Tingkat Tinggi, Enteng Jodoh, Rejeki, Ruwatan, Bedah Aura Diri/ Anak, Kewibawaan, Gangguan Ghaib. Dll.
Hot Line Service: 081227272345 - 08125999929

Email: bunda_lia_herminputri@yahoo.co.id
songgo_buwono@yahoo.co.id
__________________________________________________________

PRESS RELEASE

________________________________

25 April 2006

Merapi belum akan meletus

Sejak awal bulan ini, kabar akan meletusnya gunung Merapi semakin santer. Namun berita tersebut dibantah keras Lia Hermin Putri, pimpinan Sanggar Supranatural Songgo Buwono, Parangtritis Bantul, Yogyakarta. Menurut Bunda Lia (panggilan akrab Lia Hermin Putri), berdasar isyarah yang diterimanya, Merapi tidak akan meletus dalam waktu dekat ini. Ditambahkannya, Merapi baru akan meletus bersamaan dengan meluapnya Bengawan Solo. “Hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena kita baru masuk dalam kurun prahara gupita, belum sampai pada prahara Kalatidha.


Lebih jauh Bunda Lia menerangkan, prahara gupita adalah prahara yang berhubungan dengan perilaku makhluk hidup, terutama manusia yang memiliki sifat nggégé mangsa (mengharapkan sesuatu di luar musimnya). Sedangkan yang terjadi pada gunung Merapi bukan termasuk kategori gupita, melainkan siklus alami yang sifatnya periodik. Terkait dengan Merapi, Bunda Lia berpendapat, gunung tersebut mempunyai karakter khas dengan letusan-letusan kecil yang cukup sering namun tidak membawa dampak terlalu membahayakan. Ibarat manusia yang sedang mengalami demam dan batuk-batuk. Tingginya frekuensi letusan-letusan kecil tersebut memperkecil peluang letusan berskala dahsyat.


“Merapi baru akan meletus kelak bila tiba waktunya prahara kalatidha“ tegas Bunda. “Dan belum tentu dalam lima tahun ke depan akan meletus secara dahsyat.”


Sebagai seorang supranaturalis, pimpinan Songgo Buwono ini berupaya menghambat datangnya prahara Kalatidha yang sangat nggegirisi itu, dengan menggelar ritual khusus di kawasan Merapi. Seiring upaya tersebut, Bunda Lia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memohon kepada sang Pencipta agar kita semua terhindar dari marabahaya. Ritual khusus yang rencananya akan diselenggarakan selama tiga hari itu akan dilakukan bersama Mbah Marijan, juru kunci Merapi yang tinggal di dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman - Yogyakarta. Ritual tersebut akan dibuka dengan menyediakan sesaji ubarampé, mulai dari tumpeng sebanyak 21 rakit, kambing kendit, ayam Cemani, pisang sanggan, hingga aneka buah-buahan. Selain acara yang sifatnya ritual, Bunda Lia juga akan melakukan duduk hening (semadi, red) selama tiga hari tiga malam, 25 - 27 April 2006 ini, di Batu Dampit, persis di bahu gunung Merapi.

Untuk membantu doa dan kekhusyukan ritual yang akan dijalankan, para anggota Songgo Buwono ikut mengiringi namun hanya diizinkan melakukannya di lereng gunung, jauh dari lokasi ritual Bunda Lia. “Untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan,” paparnya.


Ditanya tentang kekhawatiran masyarakat akan meletusnya gunung Merapi, Lia Hermin Putri menjawab tegas, “Saya tidak terlalu khawatir, karena tidak ada isyarah yang menunjukkan Merapi akan meletus. Kalau pun ada, ya itu tadi …, hanya letusan-letusan kecil yang tidak berbahaya” ujarnya dengan nada optimis. Lia juga menambahkan, ritual tolak bala Merapi ini merupakan bagian dari rangkaian acara Ruwat Bumi Pertiwi, yang juga diprakarsai Sanggar Supranatural pimpinannya. Upacara adat tradisional ini menurut rencana akan dilaksanakan sekitar Agustus mendatang.


Terkait dengan meningkatnya aktivitas Merapi beberapa hari terakhir, masyarakat dan pihak otoritas pemerintah saat ini lebih khawatir terhadap bahaya guguran awan pijar, wedhus gèmbèl, dan aliran lava dari puncak Merapi. Tentang wedhus gèmbèl, Bunda Lia menjelaskan, dengan cara apapun wedhus gèmbèl tidak dapat dicegah, karena memang sudah ciri khas Merapi. Untuk menghindarinya, hendaknya manusia memahami bahasa alam yang ada di gunung tersebut. “Kita tidak bisa melawan alam, yang dapat kita lakukan hanya menghindar dengan cara memahami bahasa dan isyaratnya.” Bunda Lia berpesan, jangan kita mendahului Kehendak Yang Mahakuasa, ada baiknya pihak pemerintah lebih bijaksana, dan tidak terburu-buru memberikan informasi yang dapat mengganggu ketenangan masyarakat.


“Boleh jadi Merapi tidak akan meletus dahsyat dalam waktu dekat, namun kita tetap tidak boleh meninggalkan kewaspadaan. Kalau 2011 nanti, kemungkinan Merapi bakal mengalami goncangan dan letusan, walau tak sedahsyat letusan 1994” kata Bunda Lia menutup paparannya.

Parangtritis
25 April 2006

No comments: